Kamis, 14 April 2011

kisahku


KISAHKU
h3.jpg

BAGIAN 1
Namaku mursalam yallu
Saya lahir di Sulawesi selatan, tepatnya di lampa timur kecamatan duampanua kabupaten pinrang, sebuah kawasan yang hijau, dipenuhi rumputan padi yang luas, dan dikelilingi hamparan persawahan yang amat sangat luas, terlahir dengan nama mursalam yang merupakan pemberian nama dari sahabat orang tuaku, yang tak lain adalah sepupu dari ibuku sendiri, nama mursalam sendiri merupakan singkatan dari perhitungan bulan islam yang berarti anak yang lahir di bulan muharram sabtu malam yang disingkat mursalam, hingga saat ini masih terlukis hal-hal indah dalam kenangan hidupku dengan baik, ketika saya menemani orang tua ke sawah, sambil istirahat disebuah pondok sambil menikmati santapan makan siang, nasi putih dan ikan goreng dan sambal goring yang dibawa dari rumah, sambil menikmati sejuknya udara ditengah sawah dengan hijaunya tanaman padi.

Sejak kecil aku memang anak manja, mungkin karena aku anak paling bungsu dari keluargaku, dan saya juga diperlakukan sangat istimewa diantara saudara-saudaraku yang lain. Ibuku terlahir dari sebuah keluarga yang sederhana tapi cukuplah untuk bertahan hidup, ibuku hanya lulusan sekolah dasar, sifatnya yang ke ibuan dan penyayang membuatku ingin selalu bersama dan duduk disampingnya. Dari garis keturunannya, ibukulah yang paling cantik diantara lima saudaranya, maklumlah ibuku adalah perempuan satu-satunya dalam keluarganya, dulu ibuku boleh dibilang gak punya cita-cita, yang penting cukup dengan makan sehari-hari itu sudah menjadi berkah yang sangat berharga baginya.

Ayah saya adalah seorang petani, yallu adalah sebutannya, iya juga terlahir disebuah kampung dengan ibuku, aku tidak tahu banyak mengenai hubungan asmara orang tuaku, pertemuan mereka dimulai dari mana hingga mereka menikah aku juga tidak tahu, tapi aku beranggapan mungkin orang tuaku dijodohkan, karena rata-rata penduduk tersebut di jodohkan hingga mereka manikah, tidak banyak hal yang aku ketahui mengenai ayahku, karena semenjak aku berumur 2 tahun dia berangkat ke Malaysia untuk menjadi TKI, impiannya sih simple saja, dia ingin membangun sebuah istana kecil buat istri dan anak-anaknya, aku juga tidak tahu berapa kali ayahku mengirimkan uang kekampung untuk membantu ekonomi keluargaku, semenjak kepergian ayahku menjadi TKI, ibukulah yang menjadi tulang punggung dalam keluarga dikampung, dia berjuang keras membanting tulang demi menghidupi ke enam anaknya yang masih kecil.

Bagiku, ibuku adalah wonder woman, berjuang keras tanpa kenal lelah, diluar rumah dia dapat menjadi sesosok laki-laki melakukan pekerjaan seorang lelaki, dia bekerja membajak sawah demi menghidupi kami anaknya, member makan kami anaknya, serta menabung hasil panen sedikit-demi sedikit demi membantu ayahku membangun istana kecil, tiap hari ibuku berangkat kesawah, tak pedulikan teriknya sinar matahari, dinginnya guyuran hujan, dia tetap semangat demi menghidupi kami anak-anaknya yang masih kecil.

Sejak kecil aku jarang mendapatkan kasih sayang seorang ayah, kasih sayang dan sosok ayah yang kudapatkan hanya berasal dari adik dari ibuku, yang tak lain adalah om aku sendiri, bangun tidur dipagi hari, aku langsung mencari dia, waktu itu om aku masih sekolah SMA di kampung, berat rasanya aku melepaskan dia untuk berangkat kesekolah, sehingga aku dan dia terkadang main kucing-kucingan, menipuku atau mengalihkan perhatianku agar dia dapat berangkat kesekolah, keadaan ekonomi keluargaku makin merosot, beban orang tuaku semakin berat pada saat aku mulai masuk sekolah dasar, selain memikirkan biaya sehari-hari, juga harus memikirkan biaya pendidikan kami, sampai saat aku masuk sekolah dasar, sosok ayah belum kunjung hadir, dia tetap menjadi seorang TKI dan membantu ekonomi keluarga.

Kedatangan ayah
Kurang lebih 10 tahun ayah mengabdi menjadi TKI, ia pun kembali bergabung bersama kami, kian lama dia berjuan dinegeri orang, maninggalkan keluarganya, akhirnya dia pun meraih impiannya, istana kacil pun buat kami berteduh berhasil diwujudkannya. Awal kedatangan ayah membuatku tak mengenalnya, dia asing bagiku, bagiku ayah adalah seorang tamu yang datang dari jauh dan mampir ke rumah, setiapp kali dia mendekati aku selalu memnghindar dan tak mau mendekatinya, seiring berjalannya waktu aku tahu bahwa dialah sosok ayah yang sejak aku berumur 2 tahun dia rela meninggalkan keluarganya demi membangun sebuah istana kecil, dan dia kembali setelah aku sudah remaja dan bersekolah di sebuah sekolah menengah pertama (SMP).

Masa-masa berkumpul dengan keluarga sangat indah, ditemani dengan dengan orang tua yang lengkap dan diberikan kasih sayang dari orang tua, itulah mujisat yang sangat berarti yang telah aku dapatkan dari mereka, aku merasa bangga dengan ayahku, meski kasih sayang yang dia berikan kapadaku yang menurutku kurang, tapi itu semua dia lakukan demi kelangsungan keluarganya, kebahagiaan keluarganya, dan kesejahteraan keluarganya. Hingga aku selesai di SMP aku pun dibolehkan menikmati dan melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA, meski perjuangan orang tua berat untuk biaya pendidikan ke SMA tapi mereka tetap berjuang untuk kami, tekad mereka adalah pendidikan anaknya adalah hal yang tak boleh dikesampingkan, mereka tidak mau nasib anak-anaknya sama seperti orang tuanya yang tidak dapat menikmati pendidikan yang layak karena himpitan ekonomi keluarga. Paginya aku berangkat kesekolah dan sorenya aku harus membantu orang tua untuk membajak sawah, malamnya harus belajar, begitu berat perjuangan yang kulalui, hari-hari berkumpul dengan teman hampir terbuang, karena kesibukan membantu orang tua dan tuntutan pendidikan, berangkat kesekolah tiap hari aku tidak pernah membawa uang untuk jajan disekolah, bagiku jajan disekolah tidak terlalu penting buatku, karena ibu tiap hari membuatkan nasi goring untuk sarapan, nasi goreng ibu cukup special buatku, paginya dia membuatkan nasi goreng dari sisa nasi dari semalam, meski hanya bermodal bawang goring dan garam serta taburab ikan teri, bagiku makanan yang dibuatnya sangat enak untuk dinikmati, dan cukup untuk memberikan energy disekolah untuk berfikir, bagi teman-teman yang lain istirahat sekolah adalah langsung meluncur kekantin sekolah untuk jajan, tapi bagiku jam istirahat adalah waktunya untuk mencari ilmu baru dengan mencari referensi bari di perputakaan, dalam lingkungan sekolah aku tergolong siswa rata-ratalah, meski tidak pernah mendapat rengking 1 dikelas, tapi aku tidak pernah keluar dari rengking 10 besar  di kelas, bagiku itu semua aku peroleh dari usaha dan kerja kerja keras dalam pendidikan

dilema
 3 tahun mengenyam pendidikan di bangku SMA merupakan hal dan kebanggaan bagi diri sendiri, tapi kisahku tidak berakhir dari berakhirnya masa-masa SMA saja, setelah selesai SMA malah muncul dilema baru, orang tuaku memberikan pilihan yang bagiku sama-sama pentingnya untukku, pilihan tersebut adalah 1. aku melanjutkan pendidikan dibangku kuliah di makassar, 2. aku dibelikan kendaraan motor dengan pertimbangan aku tidak kuliah, sungguh pilihan yang berat bagiku untuk memutuskan, setiap hari aku memikirkan pilihan tersebut, memilih yang terbaik buatku, hingga aku memutuskan untuk memilih melanjutkan pendidikan dibangku kuliah, hingga pengumuman kelulusan SMA dikeluarkan dan aku dinyatakan lulus, setelah menerima ijasah akupun berpamitan dengan orang tuaku dan keluarga untuk hijrah dan melanjutkan pendidikan dibangku kuliah, sampai dimakassar muncul lagi sebuah dilema, bingung mau ngambil jurusan apa yang cocok, awalnya mau kuliah di pariwisata, terus mau jadi phosikolog juga, tapi entah kenapa ya malah terbuang di jurusan kesehatan, 

3 tahun menimbah ilmu dibangku kuliah, jauh dari keluarga,dan mencoba untuk hidup mandiri akhirnya tidak sia-sia, semuanya dapat kulalui tanpa ada hambatan yang berat, mengikuti jadwal kuliah tiap hari tanpa rasa lelah membuatku tetap semangat demi mewujudkan cita-cita yang selama ini aku harapkan, meski tidak sepenuhnya keputusan untuk terjun dalam bidang kesehatan.

bersambung  ke bagian ke 2


Tidak ada komentar:

Posting Komentar